Generasi Milenial Sangat Rentan Untuk Terkena Psikosis
Psikosis adalah kondisi yang membuat seseorang tidak dapat membedakan antara imajinasi dan hal nyata. Kondisi ini biasanya ditandai dengan munculnya gangguan delusi (waham) dan halusinasi sehingga dapat mengganggu cara berpikir dan perilaku seseorang.
Mari kenali penyebab, gejala, diagnosis, serta pengobatan psikosis selengkapnya melalui pembahasan berikut ini.
Apa itu Psikosis?
Psikosis adalah istilah yang merujuk ketika seseorang mengalami gangguan delusi dan halusinasi. Kondisi ini dapat menyebabkan seseorang kesulitan untuk membedakan kenyataan dan imajinasi. Selain itu, psikosis juga dapat membuat penderitanya berbicara tidak masuk akal serta berperilaku tidak sesuai dengan suatu kondisi yang sedang terjadi.
Perbedaan Psikosis dan Skizofrenia
Psikosis adalah kondisi yang sering kali dikaitkan dengan gangguan kejiwaan skizofrenia. Sebagai catatan, skizofrenia adalah gangguan mental berat dan kronis yang menyebabkan penderitanya mengalami halusinasi dan depresi, sehingga mempengaruhi tingkah laku, emosi, dan kemampuan berpikir.
Seseorang dapat didiagnosis menderita gangguan skizofrenia jika telah mengalami kondisi psikosis selama lebih dari enam bulan berturut-turut.
Penyebab Psikosis
Seperti yang telah dijelaskan diatas, psikosis adalah salah satu gejala gangguan mental. Kondisi ini juga dikenal dengan istilah episode psikotik. Belum diketahui secara pasti apa penyebab dari munculnya psikosis. Namun, sejumlah kondisi yang dapat memicu terjadinya psikosis adalah sebagai berikut.
Gangguan mental, seperti gangguan skizofrenia, gangguan bipolar, depresi berat, dan gangguan delusi.
Efek samping dari penggunaan obat-obatan tertentu, seperti obat antikejang, steroid, dan kemoterapi.
Cedera otak.
Mengidap penyakit tertentu yang dapat memicu gangguan di otak, seperti HIV/AIDS, penyakit Parkinson, penyakit Alzheimer, stroke, tumor otak, malaria, multiple sclerosis, epilepsi, dan lain sebagainya.
Selain itu, sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya psikosis adalah sebagai berikut.
Memiliki anggota keluarga dengan riwayat psikosis atau masalah mental lainnya.
Penyalahgunaan NAPZA.
Kecanduan minuman beralkohol.
Mengalami kejadian traumatis, seperti pelecehan seksual, kekerasan dalam rumah tangga, kehilangan orang terdekat, dan lain sebagainya.
Pernah atau sedang menjalani pengobatan dalam jangka waktu panjang.
Gejala Psikosis
Gejala utama psikosis adalah halusinasi dan delusi yang dapat berkembang seiring dengan berjalannya waktu. Pada dasarnya, gejala delusi cenderung berbeda-beda tergantung pada jenisnya, yaitu:
Erotomania, yaitu jenis gangguan delusi yang menimbulkan keyakinan pada penderitanya bahwa terdapat seseorang yang sedang jatuh cinta padanya.
– Waham cemburu, yaitu jenis gangguan delusi yang ditandai dengan perasaan curiga dan mengira pasangannya tidak setia meski tanpa disertai bukti yang jelas.
– Waham kebesaran, yaitu jenis gangguan delusi yang ditandai dengan keyakinan bahwa mereka merupakan seseorang yang berkuasa, pandai, berbakat, dan memiliki kedudukan tinggi.
–Waham kejar (persecutory), yaitu jenis gangguan delusi yang ditandai dengan keyakinan bahwa ada orang yang berusaha mencelakai atau menyakitinya.
–Waham bizzare, yaitu jenis gangguan delusi yang membuat penderitanya meyakini hal-hal tidak masuk akal. Misalnya, meyakini ada alien yang menanamkan semacam elektrode atau penghantar listrik ke dalam otaknya.
–Waham somatik, yaitu jenis gangguan delusi yang membuat seseorang memiliki keyakinan jika mereka sedang menderita penyakit tertentu atau memiliki cacat fisik.
–Waham campuran, yaitu jenis gangguan delusi yang membuat seseorang mengalami lebih dari satu jenis delusi.
Di sisi lain, penderita yang mengalami gangguan halusinasi cenderung mengalami gangguan persepsi yang membuatnya melihat, merasakan, mendengar, atau mencium aroma yang sebenarnya tidak ada.
Selain gejala-gejala halusinasi dan delusi di atas, sejumlah gejala lain yang dapat muncul saat seseorang mengalami psikosis adalah:
– Gangguan suasana hati, seperti mood swing atau depresi.
-Gangguan dalam berinteraksi sosial dengan orang lain.
-Tidak bersemangat.
-Mengalami penurunan nafsu makan.
-Berbicara melantur.
-Linglung.
-Gangguan tidur.
-Cemas dan gelisah.
-Sulit berkonsentrasi atau memusatkan fokus.
-Memiliki keinginan untuk menyakiti diri (self harm) atau bahkan bunuh diri.
Komplikasi Psikosis
Apabila tidak segera ditangani dengan tepat, psikosis dapat membuat penderitanya cenderung melakukan sesuatu dengan ceroboh, sehingga bisa membahayakan diri sendiri dan orang lain. Beberapa contohnya seperti mengonsumsi minuman beralkohol secara berlebihan, menyalahgunakan NAPZA, atau menyakiti orang lain karena mendengarkan bisikan yang menyuruhnya demikian.
Diagnosis Psikosis
Dalam proses penegakan diagnosis, pertama-tama dokter akan melakukan wawancara medis (anamnesis) dengan pasien, keluarga pasien, atau orang terdekat pasien untuk mengetahui gejala yang muncul, serta riwayat kesehatan pasien dan keluarga secara keseluruhan.
Kemudian, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan evaluasi kepribadian pasien, termasuk perilaku, pola pikir, serta bagaimana cara mereka menghadapi suatu masalah. Selain itu, terdapat sejumlah pemeriksaan penunjang yang umum dilakukan dokter untuk mengetahui penyebab yang mendasari psikosis, di antaranya sebagai berikut.
-Tes darah untuk mengetahui apakah keluhan pasien disebabkan oleh suatu penyakit tertentu, penyalahgunaan NAPZA, atau kecanduan alkohol.
-CT scan atau MRI untuk memeriksa kondisi otak yang mungkin berkaitan dengan penyebab munculnya psikosis.
-Electroencephalogram (EEG) untuk mengevaluasi aktivitas listrik di dalam otak.
Pengobatan Psikosis
Pengobatan psikosis bertujuan untuk mencegah perburukan kondisi dan meminimalkan risiko terjadinya komplikasi. Adapun sejumlah metode pengobatan yang dapat dilakukan untuk menangani psikosis adalah:
-
Pemberian Obat-obatan
Dokter dapat memberikan obat-obatan tertentu, terutama obat antipsikotik untuk membantu meringankan gejala delusi dan halusinasi pada penderita gangguan psikosis. Obat ini bekerja dengan cara menyeimbangkan neurotransmitter atau senyawa kimia di dalam otak, terutama hormon dopamin.
Selain itu, dokter juga dapat memberikan obat antidepresan atau anti asma untuk meredakan depresi dan mania yang kerap dialami oleh pengidap psikosis.
-
Psikoterapi
Bersamaan dengan mengonsumsi obat-obatan, dokter juga menyarankan penderita psikosis untuk menjalani terapi psikologis atau psikoterapi guna membantu mengendalikan gejala. Tujuan utama dilakukannya psikoterapi adalah untuk mengubah perilaku dan pola pikir, sekaligus mengurangi rasa cemas yang dialami pasien.
Beberapa metode psikoterapi yang umum dilakukan untuk menangani gangguan psikosis adalah sebagai berikut:
-Terapi perilaku kognitif.
-Terapi keluarga.
-Terapi peningkatan kognitif.
-Terapi grup.
Perawatan khusus terkoordinasi dengan mengkombinasikan beberapa metode pengobatan, seperti pemberian obat-obatan, psikoterapi, dan dukungan pada pasien untuk melanjutkan pendidikan atau pekerjaan
Pencegahan Psikosis
psikosis adalah kondisi yang cenderung sulit dicegah. Kendati demikian, terdapat sejumlah cara yang bisa dilakukan untuk meminimalkan risiko terjadinya kondisi tersebut, di antaranya sebagai berikut.
-Segera mengobati penyakit yang dapat memicu terjadinya psikosis.
-Berhenti merokok dan membatasi konsumsi minuman beralkohol.
-Tidak menyalahgunakan NAPZA.
-Berbagi cerita dengan kerabat, teman, atau psikolog jika mengalami hal-hal yang menimbulkan rasa cemas atau trauma.
-Rutin berolahraga.
-Melakukan teknik relaksasi secara rutin untuk mengelola stres, seperti bermeditasi, melakukan hobi, berendam dengan air hangat, atau mendengarkan musik.
-Istirahat dan tidur yang cukup.
Psikosis adalah gangguan mental yang perlu segera ditangani dengan tepat agar tidak memengaruhi kualitas hidup penderitanya. Jika memiliki keluhan yang berhubungan dengan gangguan mental, segera lakukan konseling dengan psikolog atau psikiater melalui layanan Telekonsultasi.
Layanan telekonsultasi memungkinkan dokter untuk meresepkan obat-obatan sesuai dengan kondisi pasien, dan pasien pun bisa memperoleh obat tersebut tanpa perlu keluar rumah. Namun, terdapat beberapa jenis obat, seperti antipsikotik dan antidepresan yang harus diambil langsung oleh pasien atau self pick up.
Jenis Gangguan Psikotik
Berikut ini jenis-jenis gangguan psikotik:
1.Skizofrenia
Orang yang mengidap skizofrenia dapat mengalami perubahan perilaku dan gejala lainnya, seperti delusi dan halusinasi, yang dapat bertahan lebih dari 6 bulan. Penyakit ini biasanya mempengaruhi pengidap di tempat kerja atau sekolah, serta dalam hubungan dengan orang lain.
2.Gangguan Skizoafektif
Orang dengan gangguan ini memiliki gejala skizofrenia dan juga gangguan mood, seperti depresi atau gangguan bipolar.
3.Gangguan Skizofreniform
Orang dengan gangguan ini mengalami gejala skizofrenia, tetapi berlangsung lebih singkat, antara 1–6 bulan.
4.Gangguan Psikotik Singkat
Orang dengan penyakit ini dapat secara tiba-tiba mengalami periode pendek perilaku psikotik yang seringkali sebagai respons terhadap peristiwa yang traumatis, seperti kematian anggota keluarga. Sesuai namanya, gangguan psikotik singkat seringkali dapat sembuh dengan cepat, biasanya kurang dari sebulan.
5.Gangguan Delusi
Gejala utama gangguan delusi adalah memiliki khayalan yang melibatkan situasi kehidupan nyata yang seolah-olah terjadi, tetapi kenyataannya tidak. Misalnya, merasa diikuti seseorang, dijadikan target incaran seseorang, atau memiliki penyakit. Khayalan tersebut berlangsung setidaknya selama 1 bulan.
6.Gangguan Psikotik Bersama
Gangguan psikotik bersama atau yang disebut juga folie à deux terjadi ketika seseorang memiliki khayalan berhubungan dengan orang lain yang mengadopsi khayalan disebut juga.
7.Gangguan Psikotik yang Diinduksi Zat
Gangguan psikotik ini disebabkan oleh penggunaan atau penarikan obat-obatan, seperti halusinogen dan crack kokain, yang menyebabkan halusinasi, delusi, dan omongan yang membingungkan.
8.Gangguan Psikotik karena Kondisi Medis Lain
Halusinasi, delusi, atau gejala lain yang dialami seseorang disebabkan oleh penyakit lain yang mempengaruhi fungsi otak, seperti cedera kepala atau tumor otak.
9.Parafrenia
Kondisi ini memiliki gejala yang mirip dengan skizofrenia, tetapi biasanya terjadi pada usia lanjut atau pada lansia.
Kenali Gejala Gangguan Psikotik
Meskipun ada berbagai jenis, tetapi umumnya gangguan psikotik memiliki gejala utama yaitu halusinasi, delusi, dan bentuk pemikiran yang tidak teratur:
- Halusinasi, yaitu melihat, mendengar, atau merasakan sesuatu yang tidak ada. Misalnya, kamu melihat hal-hal, mendengar suara, mencium bau yang sebenarnya tidak ada, atau merasakan sensasi di kulit meskipun tidak ada yang menyentuhmu.
- Delusi, yaitu keyakinan yang salah yang tidak akan berubah meskipun itu sudah terbukti salah. Misalnya, seseorang yang yakin makanannya beracun akan tetap menganggap itu beracun, bahkan setelah orang lain menunjukkan kepadanya bahwa makanan tersebut baik-baik saja. Hal ini karena ia memiliki khayalan.
Gejala lain yang mungkin juga ditunjukkan oleh pengidap gangguan psikotik, antara lain:
- Omongan yang ngelantur.
- Pikiran yang membingungkan.
- Berperilaku aneh, mungkin sampai berbahaya.
- Gerakannya lebih lambat atau tidak biasa.
- Kehilangan minat pada kebersihan pribadi.
- Hilangnya minat untuk beraktivitas sehari-hari.
- Memiliki masalah di sekolah atau di tempat kerja, dan hubungan dengan orang lain.
- Perubahan suasana hati atau gejala suasana hati lainnya, seperti depresi atau mania.
Bila kamu atau orang yang kamu kenal menunjukkan gejala-gejala tersebut, sebaiknya periksakan diri ke ahli kesehatan mental, psikolog, atau psikiater.