Penulis: admin

  • Generasi Milenial Sangat Rentan Untuk Terkena Psikosis

    Generasi Milenial Sangat Rentan Untuk Terkena Psikosis

    Psikosis adalah kondisi yang membuat seseorang tidak dapat membedakan antara imajinasi dan hal nyata. Kondisi ini biasanya ditandai dengan munculnya gangguan delusi (waham) dan halusinasi sehingga dapat mengganggu cara berpikir dan perilaku seseorang.

    Mari kenali penyebab, gejala, diagnosis, serta pengobatan psikosis selengkapnya melalui pembahasan berikut ini.

    Apa itu Psikosis? 

    Psikosis adalah istilah yang merujuk ketika seseorang mengalami gangguan delusi dan halusinasi. Kondisi ini dapat menyebabkan seseorang kesulitan untuk membedakan kenyataan dan imajinasi. Selain itu, psikosis juga dapat membuat penderitanya berbicara tidak masuk akal serta berperilaku tidak sesuai dengan suatu kondisi yang sedang terjadi.

    Perbedaan Psikosis dan Skizofrenia 

    Psikosis adalah kondisi yang sering kali dikaitkan dengan gangguan kejiwaan skizofrenia. Sebagai catatan, skizofrenia adalah gangguan mental berat dan kronis yang menyebabkan penderitanya mengalami halusinasi dan depresi, sehingga mempengaruhi tingkah laku, emosi, dan kemampuan berpikir.

    Seseorang dapat didiagnosis menderita gangguan skizofrenia jika telah mengalami kondisi psikosis selama lebih dari enam bulan berturut-turut.

    Penyebab Psikosis

    Seperti yang telah dijelaskan diatas, psikosis adalah salah satu gejala gangguan mental. Kondisi ini juga dikenal dengan istilah episode psikotik. Belum diketahui secara pasti apa penyebab dari munculnya psikosis. Namun, sejumlah kondisi yang dapat memicu terjadinya psikosis adalah sebagai berikut.

     Gangguan mental, seperti gangguan skizofrenia, gangguan bipolar, depresi berat, dan gangguan delusi.

    Efek samping dari penggunaan obat-obatan tertentu, seperti obat antikejang, steroid, dan kemoterapi.

    Cedera otak.

    Mengidap penyakit tertentu yang dapat memicu gangguan di otak, seperti HIV/AIDS, penyakit Parkinson, penyakit Alzheimer, stroke, tumor otak, malaria, multiple sclerosis, epilepsi, dan lain sebagainya.

    Selain itu, sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya psikosis adalah sebagai berikut.

     Memiliki anggota keluarga dengan riwayat psikosis atau masalah mental lainnya.

    Penyalahgunaan NAPZA.

    Kecanduan minuman beralkohol.

    Mengalami kejadian traumatis, seperti pelecehan seksual, kekerasan dalam rumah tangga, kehilangan orang terdekat, dan lain sebagainya.

    Pernah atau sedang menjalani pengobatan dalam jangka waktu panjang.

    Gejala Psikosis

    Gejala utama psikosis adalah halusinasi dan delusi yang dapat berkembang seiring dengan berjalannya waktu. Pada dasarnya, gejala delusi cenderung berbeda-beda tergantung pada jenisnya, yaitu:

    Erotomania, yaitu jenis gangguan delusi yang menimbulkan keyakinan pada penderitanya bahwa terdapat seseorang yang sedang jatuh cinta padanya.

    Waham cemburu, yaitu jenis gangguan delusi yang ditandai dengan perasaan curiga dan mengira pasangannya tidak setia meski tanpa disertai bukti yang jelas.

    Waham kebesaran, yaitu jenis gangguan delusi yang ditandai dengan keyakinan bahwa mereka merupakan seseorang yang berkuasa, pandai, berbakat, dan memiliki kedudukan tinggi.

    Waham kejar (persecutory), yaitu jenis gangguan delusi yang ditandai dengan keyakinan bahwa ada orang yang berusaha mencelakai atau menyakitinya.

    Waham bizzare, yaitu jenis gangguan delusi yang membuat penderitanya meyakini hal-hal tidak masuk akal. Misalnya, meyakini ada alien yang menanamkan semacam elektrode atau penghantar listrik ke dalam otaknya.

    Waham somatik, yaitu jenis gangguan delusi yang membuat seseorang memiliki keyakinan jika mereka sedang menderita penyakit tertentu atau memiliki cacat fisik.

    Waham campuran, yaitu jenis gangguan delusi yang membuat seseorang mengalami lebih dari satu jenis delusi.

    Di sisi lain, penderita yang mengalami gangguan halusinasi cenderung mengalami gangguan persepsi yang membuatnya melihat, merasakan, mendengar, atau mencium aroma yang sebenarnya tidak ada.

    Selain gejala-gejala halusinasi dan delusi di atas, sejumlah gejala lain yang dapat muncul saat seseorang mengalami psikosis adalah:

    – Gangguan suasana hati, seperti mood swing atau depresi.

    -Gangguan dalam berinteraksi sosial dengan orang lain.

    -Tidak bersemangat.

    -Mengalami penurunan nafsu makan.

    -Berbicara melantur.

    -Linglung.

    -Gangguan tidur.

    -Cemas dan gelisah.

    -Sulit berkonsentrasi atau memusatkan fokus.

    -Memiliki keinginan untuk menyakiti diri (self harm) atau bahkan bunuh diri.

    Komplikasi Psikosis

    Apabila tidak segera ditangani dengan tepat, psikosis dapat membuat penderitanya cenderung melakukan sesuatu dengan ceroboh, sehingga bisa membahayakan diri sendiri dan orang lain. Beberapa contohnya seperti mengonsumsi minuman beralkohol secara berlebihan, menyalahgunakan NAPZA, atau menyakiti orang lain karena mendengarkan bisikan yang menyuruhnya demikian.

    Diagnosis Psikosis

    Dalam proses penegakan diagnosis, pertama-tama dokter akan melakukan wawancara medis (anamnesis) dengan pasien, keluarga pasien, atau orang terdekat pasien untuk mengetahui gejala yang muncul, serta riwayat kesehatan pasien dan keluarga secara keseluruhan. 

    Kemudian, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan evaluasi kepribadian pasien, termasuk perilaku, pola pikir, serta bagaimana cara mereka menghadapi suatu masalah. Selain itu, terdapat sejumlah pemeriksaan penunjang yang umum dilakukan dokter untuk mengetahui penyebab yang mendasari psikosis, di antaranya sebagai berikut.

    -Tes darah untuk mengetahui apakah keluhan pasien disebabkan oleh suatu penyakit tertentu, penyalahgunaan NAPZA, atau kecanduan alkohol.

    -CT scan atau MRI untuk memeriksa kondisi otak yang mungkin berkaitan dengan penyebab munculnya psikosis.

    -Electroencephalogram (EEG) untuk mengevaluasi aktivitas listrik di dalam otak.

    Pengobatan Psikosis

    Pengobatan psikosis bertujuan untuk mencegah perburukan kondisi dan meminimalkan risiko terjadinya komplikasi. Adapun sejumlah metode pengobatan yang dapat dilakukan untuk menangani psikosis adalah:

    1. Pemberian Obat-obatan

    Dokter dapat memberikan obat-obatan tertentu, terutama obat antipsikotik untuk membantu meringankan gejala delusi dan halusinasi pada penderita gangguan psikosis. Obat ini bekerja dengan cara menyeimbangkan neurotransmitter atau senyawa kimia di dalam otak, terutama hormon dopamin.

    Selain itu, dokter juga dapat memberikan obat antidepresan atau anti asma untuk meredakan depresi dan mania yang kerap dialami oleh pengidap psikosis.

    1. Psikoterapi

    Bersamaan dengan mengonsumsi obat-obatan, dokter juga menyarankan penderita psikosis untuk menjalani terapi psikologis atau psikoterapi guna membantu mengendalikan gejala. Tujuan utama dilakukannya psikoterapi adalah untuk mengubah perilaku dan pola pikir, sekaligus mengurangi rasa cemas yang dialami pasien.

    Beberapa metode psikoterapi yang umum dilakukan untuk menangani gangguan psikosis adalah sebagai berikut:

    -Terapi perilaku kognitif.

    -Terapi keluarga.

    -Terapi peningkatan kognitif.

    -Terapi grup.

    Perawatan khusus terkoordinasi dengan mengkombinasikan beberapa metode pengobatan, seperti pemberian obat-obatan, psikoterapi, dan dukungan pada pasien untuk melanjutkan pendidikan atau pekerjaan

    Pencegahan Psikosis

    psikosis adalah kondisi yang cenderung sulit dicegah. Kendati demikian, terdapat sejumlah cara yang bisa dilakukan untuk meminimalkan risiko terjadinya kondisi tersebut, di antaranya sebagai berikut.

    -Segera mengobati penyakit yang dapat memicu terjadinya psikosis.

    -Berhenti merokok dan membatasi konsumsi minuman beralkohol.

    -Tidak menyalahgunakan NAPZA.

    -Berbagi cerita dengan kerabat, teman, atau psikolog jika mengalami hal-hal yang menimbulkan rasa cemas atau trauma.

    -Rutin berolahraga.

    -Melakukan teknik relaksasi secara rutin untuk mengelola stres, seperti bermeditasi, melakukan hobi, berendam  dengan air hangat, atau mendengarkan musik.

    -Istirahat dan tidur yang cukup.

    Psikosis adalah gangguan mental yang perlu segera ditangani dengan tepat agar tidak memengaruhi kualitas hidup penderitanya. Jika memiliki keluhan yang berhubungan dengan gangguan mental, segera lakukan konseling dengan psikolog atau psikiater melalui layanan Telekonsultasi.

     Layanan telekonsultasi memungkinkan dokter untuk meresepkan obat-obatan sesuai dengan kondisi pasien, dan pasien pun bisa memperoleh obat tersebut tanpa perlu keluar rumah. Namun, terdapat beberapa jenis obat, seperti antipsikotik dan antidepresan yang harus diambil langsung oleh pasien atau self pick up.

    Jenis Gangguan Psikotik 

    Berikut ini jenis-jenis gangguan psikotik:

    1.Skizofrenia

    Orang yang mengidap skizofrenia dapat mengalami perubahan perilaku dan gejala lainnya, seperti delusi dan halusinasi, yang dapat bertahan lebih dari 6 bulan. Penyakit ini biasanya mempengaruhi pengidap di tempat kerja atau sekolah, serta dalam hubungan dengan orang lain.

    2.Gangguan Skizoafektif 

    Orang dengan gangguan ini memiliki gejala skizofrenia dan juga gangguan mood, seperti depresi atau gangguan bipolar.

    3.Gangguan Skizofreniform

    Orang dengan gangguan ini mengalami gejala skizofrenia, tetapi berlangsung lebih singkat, antara 1–6 bulan.

    4.Gangguan Psikotik Singkat

    Orang dengan penyakit ini dapat secara tiba-tiba mengalami periode pendek perilaku psikotik yang seringkali sebagai respons terhadap peristiwa yang traumatis, seperti kematian anggota keluarga. Sesuai namanya, gangguan psikotik singkat seringkali dapat sembuh dengan cepat, biasanya kurang dari sebulan.

    5.Gangguan Delusi

    Gejala utama gangguan delusi adalah memiliki khayalan yang melibatkan situasi kehidupan nyata yang seolah-olah terjadi, tetapi kenyataannya tidak. Misalnya, merasa diikuti seseorang, dijadikan target incaran seseorang, atau memiliki penyakit. Khayalan tersebut berlangsung setidaknya selama 1 bulan.

    6.Gangguan Psikotik Bersama

    Gangguan psikotik bersama atau yang disebut juga folie à deux terjadi ketika seseorang memiliki khayalan berhubungan dengan orang lain yang mengadopsi khayalan disebut juga.

    7.Gangguan Psikotik yang Diinduksi Zat

    Gangguan psikotik ini disebabkan oleh penggunaan atau penarikan obat-obatan, seperti halusinogen dan crack kokain, yang menyebabkan halusinasi, delusi, dan omongan yang membingungkan.

    8.Gangguan Psikotik karena Kondisi Medis Lain

    Halusinasi, delusi, atau gejala lain yang dialami seseorang disebabkan oleh penyakit lain yang mempengaruhi fungsi otak, seperti cedera kepala atau tumor otak.

    9.Parafrenia

    Kondisi ini memiliki gejala yang mirip dengan skizofrenia, tetapi biasanya terjadi pada usia lanjut atau pada lansia.

    Kenali Gejala Gangguan Psikotik

    Meskipun ada berbagai jenis, tetapi umumnya gangguan psikotik memiliki gejala utama yaitu halusinasi, delusi, dan bentuk pemikiran yang tidak teratur:

    • Halusinasi, yaitu melihat, mendengar, atau merasakan sesuatu yang tidak ada. Misalnya, kamu melihat hal-hal, mendengar suara, mencium bau yang sebenarnya tidak ada, atau merasakan sensasi di kulit meskipun tidak ada yang menyentuhmu.
    • Delusi, yaitu keyakinan yang salah yang tidak akan berubah meskipun itu sudah terbukti salah. Misalnya, seseorang yang yakin makanannya beracun akan tetap menganggap itu beracun, bahkan setelah orang lain menunjukkan kepadanya bahwa makanan tersebut baik-baik saja. Hal ini karena ia memiliki khayalan.

    Gejala lain yang mungkin juga ditunjukkan oleh pengidap gangguan psikotik, antara lain:

    • Omongan yang ngelantur.
    • Pikiran yang membingungkan.
    • Berperilaku aneh, mungkin sampai berbahaya.
    • Gerakannya lebih lambat atau tidak biasa.
    • Kehilangan minat pada kebersihan pribadi.
    • Hilangnya minat untuk beraktivitas sehari-hari.
    • Memiliki masalah di sekolah atau di tempat kerja, dan hubungan dengan orang lain.
    • Perubahan suasana hati atau gejala suasana hati lainnya, seperti depresi atau mania.

    Bila kamu atau orang yang kamu kenal menunjukkan gejala-gejala tersebut, sebaiknya periksakan diri ke ahli kesehatan mental, psikolog, atau psikiater.

  • Penyakit Asam Urat

    Apa Itu Penyakit Asam Urat?

    Penyakit asam urat merupakan kondisi yang menyebabkan gejala nyeri yang tak tertahankan, pembengkakan, serta adanya rasa panas di area persendian.

    Semua sendi di tubuh berisiko terkena asam urat, tetapi sendi yang paling sering terserang adalah jari tangan, lutut, pergelangan kaki, dan jari kaki.

    Umumnya, penyakit ini dapat lebih mudah menyerang pria, khususnya mereka yang berusia di atas 30 tahun.

    Pada wanita, penyakit asam urat ini dapat muncul setelah terkena menopause.

    Rasa sakit yang dialami pengidap asam urat dapat berlangsung selama rentang waktu 3-10 hari, dengan perkembangan gejala yang begitu cepat dalam beberapa jam pertama.

    Sering kali orang salah kaprah dan menyamakan penyakit asam urat dengan rematik.

    Padahal, rematik adalah istilah yang menggambarkan rasa sakit pada persendian atau otot yang mengalami peradangan.

    Gejala Penyakit Asam Urat 

    Ada beberapa gejala penyakit asam urat yang umum terjadi, di antaranya:

    1. Nyeri sendi yang intens

    Penyakit asam urat biasanya mempengaruhi jempol kaki, tapi bisa terjadi di bagian sendi manapun.

    Sendi lain yang sering terkena yaitu pergelangan kaki, lutut, siku, pergelangan tangan, dan jari.

    Rasa sakit yang paling parah terjadi dalam empat hingga 12 jam pertama serangan penyakit asam urat.

    2. Rasa tidak nyaman dalam jangka panjang

    Setelah rasa sakit yang paling parah meredam, rasa tidak nyaman pada sendi dapat terjadi lagi dalam beberapa hari hingga beberapa minggu kemudian.

    Serangan selanjutnya cenderung bertahan lebih lama dan memengaruhi lebih banyak persendian. 

    3. Peradangan dan kemerahan

    Sendi yang terkena bisa membengkak, terasa lunak, hangat, dan tampak merah. 

    4. Rentang gerak terbatas

    Saat asam urat berkembang, kamu mungkin tidak dapat menggerakan persendian secara normal.

    Sakit lutut nyatanya juga bisa menjadi pertanda penyakit ini, baca selengkapnya di 

    Penyebab Penyakit Asam Urat 

    Secara alamiah, asam urat merupakan senyawa yang diproduksi oleh tubuh untuk mengurai purin.

    Purin merupakan zat alami yang memiliki beberapa fungsi penting bagi tubuh. Mulai dari mengatur pertumbuhan sel hingga menyediakan energi.

    Nantinya, ketika sudah selesai digunakan tubuh, asam urat akan dibuang melalui urine. 

    Namun, terkadang tubuh dapat menghasilkan terlalu banyak asam urat atau ginjal mengalami gangguan sehingga mengeluarkan terlalu sedikit asam urat.

    Ketika ini terjadi, asam urat dapat menumpuk, membentuk kristal urat tajam seperti jarum di sendi atau jaringan di sekitarnya yang menyebabkan rasa sakit, peradangan, dan pembengkakan.

    Faktor Risiko Penyakit Asam Urat

    Terdapat beberapa faktor yang dapat memicu peningkatan kadar asam urat dalam darah seseorang, antara lain:

    • Pola makan. Mengkonsumsi daging merah dan kerang secara berlebihan, terutama sumber makanan yang mengandung banyak purin, dapat memicu penyakit asam urat. Selain itu, minum minuman manis dengan fruktosa juga dapat meningkatkan kadar asam urat, termasuk alkohol, 
    • Berat badan berlebih. Jika kamu memiliki kelebihan berat badan, maka tubuh memproduksi lebih banyak asam urat. Sementara itu, ginjal menjadi lebih sulit menghilangkan asam urat dari tubuh.
    • Riwayat medis. Penyakit dan kondisi medis tertentu dapat meningkatkan risiko asam urat. Seperti, tekanan darah tinggi yang tidak diobati, diabetes, obesitas, sindrom metabolik, dan penyakit jantung dan ginjal.
    • Mengonsumsi obat-obatan tertentu. Mengkonsumsi beberapa obat-obatan tertentu juga dapat meningkatkan kadar asam urat. Contohnya, beberapa obat yang digunakan untuk mengontrol hipertensi dan obat yang diresepkan untuk orang yang menjalani transplantasi organ.
    • Riwayat keluarga. Jika kamu memiliki anggota keluarga yang mengidap penyakit asam urat, kemungkinan besar kamu juga akan terkena.
    • Usia dan jenis kelamin. Penyakit asam urat lebih sering terjadi pada pria dibandingkan wanita. Namun, setelah menopause, kadar asam urat pada wanita bisa mendekati pria. Sementara itu, pria juga lebih mungkin terkena asam urat lebih awal, yaitu antara usia 30 hingga 50 tahun. Sedangkan wanita lebih mungkin mengalami asam urat setelah menopause.
    • Baru saja menjalani operasi. Mengalami operasi atau trauma yang baru terjadi kadang dapat memicu serangan asam urat.

    Diagnosis Penyakit Asam Urat

    Untuk memastikan apakah gejala tertentu merupakan indikasi penyakit asam urat atau bukan, dokter akan melakukan beberapa langkah diagnosis.

    Dokter mungkin akan melakukan beberapa hal, seperti menanyakan riwayat penyakit pasien, seberapa sering gejala muncul, dan memeriksa lokasi sendi yang sakit.

    Selain itu, ada juga pemeriksaan lanjutan yang akan dilakukan untuk memastikan diagnosis, antara lain:

    • Cek darah. Tes ini ditujukan untuk mengukur kadar asam urat dan kreatinin dalam darah. Orang yang mengidap asam urat memiliki kreatinin hingga 7 mg/dL. Namun, tes ini tidak selalu memastikan penyakit asam urat, karena beberapa orang diketahui memiliki kadar asam urat tinggi, tetapi tidak mengidap penyakitnya.
    • Tes urine 24 jam. Prosedur ini dilakukan dengan memeriksa kadar asam urat dalam urine yang dikeluarkan pasien selama 24 jam terakhir.
    • Cek cairan sendi. Prosedur ini akan mengambil cairan sinovial pada sendi yang terasa sakit, kemudian akan diperiksa di bawah mikroskop.
    • Tes pencitraan. Pemeriksaan foto rontgen akan dilakukan guna mengetahui penyebab radang pada sendi. Sementara itu, USG juga bisa dilakukan untuk mendeteksi kristal asam urat pada sendi.

    Pengobatan Penyakit Asam Urat 

    Pengobatan penyakit ini bisa kamu lakukan dengan pemberian obat. Namun, pemberian obat asam urat ini akan dokter sesuaikan dengan tingkat keparahannya.

    Obat-obatan yang dokter berikan berfungsi untuk meredakan nyeri sekaligus mencegah serangan asam urat di masa mendatang.

    Obat-obatan untuk meredakan nyeri asam urat antara lain:

    • Obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), seperti aspirin (Bufferin), ibuprofen (Advil, Motrin), dan naproxen (Aleve).
    • Colchicine (Colcrys, Mitigare).
    • Kortikosteroid.

    Sementara itu, obat-obatan yang berfungsi untuk mencegah serangan asam urat meliputi:

    • Inhibitor xanthine oksidase, seperti allopurinol (Lopurin, Zyloprim) dan febuxostat (Uloric). 
    • Probenesid (Probalan). 

    Rekomendasi Obat Asam Urat

    Obat-obatan yang dokter berikan berfungsi untuk meredakan nyeri sekaligus mencegah serangan asam urat di masa mendatang. Obat-obatan untuk meredakan nyeri asam urat antara lain:

    • Voltaren Emulgel 10 g. Untuk mengobati peradangan sendi. 
    • Dolo-Neurobion 10 Tablet. Obat pereda nyeri yang dapat mengurangi rasa nyeri yang diakibatkan oleh neuritis dan neuralgia
    • Counterpain Cream 15 g. Krim pereda nyeri yang dapat meringankan rasa sakit pada otot.
    • Fringout 0.5 mg 10 Tablet. Mengandung Colchicine yang dapat mencegah gejala asam urat. 
    • Meloxicam 15 mg 10 Tablet. Obat inflamasi non steroid yang dapat meredakan gejala peradangan, pembengkakan, serta nyeri otot.
    • Kolton 100 mg 10 Tablet. Obat yang digunakan untuk menurunkan kadar asam urat dalam darah. 
    • Flamar 10 mg/g Gel 20 g. Obat oles yang mengandung Natrium diclofenac yang dapat berguna untuk mengurangi nyeri ringan hingga sedang.

    Selain penggunaan obat-obatan, dokter juga akan merekomendasikan perubahan gaya hidup.

    Hal ini bertujuan membantu mengelola gejala asam urat dan mengurangi risiko serangan asam urat di masa depan.

    Berikut adalah beberapa perubahan gaya hidup tersebut: 

    • Kurangi asupan alkohol. 
    • Menurunkan berat badan, jika kamu kelebihan berat badan. 
    • Berhenti merokok, jika kamu merupakan perokok.

    Selain perubahan gaya hidup, ada beberapa pantangan yang harus kamu ketahui.

    Pencegahan Penyakit Asam Urat 

    Beberapa perubahan gaya hidup dokter yakini dapat membantu menurunkan risiko penyakit asam urat, yaitu: 

    • Minum banyak air untuk membantu ginjal berfungsi lebih baik dan menghindari dehidrasi.
    • Berolahraga secara teratur untuk menjaga berat badan yang sehat. Sebab, berat badan ekstra meningkatkan asam urat dalam tubuh dan memberi lebih banyak tekanan pada persendian.
    • Menghindari penggunaan obat-obatan tertentu. Misalnya seperti obat-obatan yang bersifat diuretik atau imunosupresan.
    • Membatasi konsumsi makanan dan minuman yang memiliki kandungan zat purin tinggi. Misalnya seperti daging merah, minuman beralkohol, hingga makanan dan minuman tinggi fruktosa. 

    Konsumsi makanan sehat seperti sayuran dan buah yang memiliki antioksidan tinggi. 

    Komplikasi Penyakit Asam Urat

    Tanpa penanganan yang tepat, penyakit ini dapat memicu terjadinya berbagai macam komplikasi.

    Berikut adalah beberapa risiko komplikasi tersebut:

    1. Munculnya tofi 

    Tofi adalah kumpulan kristal urat yang terbentuk akibat penumpukan asam urat, dan dapat berkembang pada persendian dan tulang rawan.

    Kristal yang mengeras ini dapat menyebabkan benjolan dengan berbagai ukuran terbentuk di bagian tubuh. Misalnya seperti jari dan tangan, pergelangan kaki, siku, hingga telinga.

    Meskipun tofi biasanya tidak menyakitkan, namun kondisi ini dapat menyebabkan kerusakan sendi.

    2. Kerusakan sendi

    Asam urat kronis dapat menyebabkan pembengkakan sendi dan peradangan kronis.

    Keduanya pada akhirnya berisiko menimbulkan komplikasi berupa kerusakan sendi.

  • PENYAKIT YANG MENGINTAI GENERASI MILENIAL MUDA “HIPERTENSI”

    Apa itu Hipertensi?

     

    Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan kondisi ketika tekanan darah di atas batas normal (130/80 mmHg atau lebih).

    Kondisi ini dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi kesehatan yang membahayakan nyawa jika dibiarkan.

    Bahkan, gangguan ini dapat menyebabkan peningkatan risiko terjadinya penyakit jantung, stroke, hingga kematian.

    Istilah tekanan darah sendiri bisa digambarkan sebagai kekuatan dari sirkulasi darah terhadap dinding arteri tubuh yang merupakan pembuluh darah utama.

    Besarnya tekanan yang terjadi bergantung pada resistensi dari pembuluh darah dan seberapa intens jantung untuk bekerja.

    Seseorang dapat mengalami tekanan darah tinggi apabila semakin banyak darah yang dipompa oleh jantung dan akibat sempitnya pembuluh darah pada arteri.

    dapat diketahui dengan pemeriksaan secara rutin pada tekanan darah. Hal ini direkomendasikan untuk dilakukan setiap tahun oleh semua orang dewasa.

    Pembacaan tekanan darah dilakukan dalam satuan milimeter air raksa (mmHg). Hasil pemeriksaan akan terbagi menjadi dua nomor, yaitu:

    • Angka pertama atau sistolik mewakili tekanan dalam pembuluh darah ketika jantung berkontraksi atau berdetak. 
    • Angka kedua atau diastolik mewakili tekanan di dalam pembuluh darah ketika jantung beristirahat di antara detaknya.

    Seseorang bisa dikatakan mengalami jika angka tekanan darah sistolik dari pengukuran selama dua kali berturut-turut memperlihatkan hasil yang lebih besar dari 140 mmHg, dan/atau angka tekanan darah diastolik menunjukkan hasil yang lebih besar dari 90 mmHg.

    Penyebab Hipertensi

    Hipertensi terbagi menjadi dua jenis, yaitu hipertensi primer dan sekunder. Berikut penjelasan tentang penyebab hipertensi ini:

    1. Hipertensi Primer

    Sering kali, penyebab terjadinya hipertensi pada kebanyakan orang dewasa tidak dapat diidentifikasi.

    Hipertensi primer cenderung berkembang secara bertahap selama bertahun-tahun yang akhirnya semakin parah jika tidak dilakukan penanganan.

    2. Hipertensi Sekunder

    Beberapa orang memiliki tekanan darah tinggi karena alami kondisi kesehatan yang mendasarinya.

    Hipertensi jenis ini cenderung terjadi secara tiba-tiba dan menyebabkan tekanan darah lebih tinggi dibandingkan hipertensi primer.

    Berbagai kondisi yang dapat menyebabkan hipertensi sekunder, antara lain:

    • Obstruktif sleep apnea (OSA).
    • Masalah ginjal.
    • Tumor kelenjar adrenal.
    • Masalah tiroid.
    • Cacat bawaan di pembuluh darah.
    • Obat-obatan, seperti pil KB, obat flu, dekongestan, obat penghilang rasa sakit yang dijual bebas. 
    • Obat-obatan terlarang.

    Faktor Risiko Hipertensi

    Memang faktor risiko untuk alami hipertensi berbanding lurus dengan usia.

    Seseorang yang memiliki usia lebih tua memiliki kemungkinan lebih besar untuk alami .

    Beberapa faktor risiko lainnya yang dapat meningkatkan terjadinya hipertensi adalah:

    • Memiliki usia di atas 65 tahun.
    • Sering mengonsumsi makanan tinggi garam berlebihan.
    • Alami kelebihan berat badan atau obesitas.
    • Adanya riwayat keluarga dengan kondisi medis yang sama.
    • Kurang mengonsumsi buah dan sayuran.
    • Tidak aktif secara fisik atau jarang berolahraga.
    • Mengonsumsi terlalu banyak makanan atau minuman yang mengandung kafein.
    • Memiliki kebiasaan merokok.
    • Banyak mengonsumsi minuman beralkohol.
    • Stres. Tingkat stres yang tinggi dapat meningkatkan tekanan darah untuk sementara.
    • Alami kondisi kronis tertentu, seperti penyakit ginjal, diabetes, atau sleep apnea.

    Perlu dipahami juga terkadang kehamilan juga dapat menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi.

    Selain itu, gangguan ini juga dapat terjadi pada anak-anak yang biasanya disebabkan masalah pada ginjal atau jantung.

    Pengaruh gaya hidup yang buruk juga semakin memperparah masalah ini. Waspadai pula 9 Penyebab di Usia 20-an berikut ini.

    Meski demikian, kamu dapat menurunkan atau bahkan mencegah risiko terjadinya dengan mengubah pola hidup menjadi lebih sehat dan mengatur pola makan secara rutin.

    Pastikan untuk memenuhi asupan gizi pada tubuh agar tetap sehat, konsumsi air putih setiap hari, dan berolahraga secara teratur.

    Lengkapi juga dengan mengonsumsi suplemen atau vitamin untuk menjaga tubuh agar tetap sehat.

    Gejala Hipertensi

    Seseorang yang mengidap hipertensi akan merasakan beberapa gejala yang timbul, antara lain:

    • Sakit kepala;
    • Mimisan;
    • Masalah penglihatan;
    • Nyeri dada;
    • Telinga berdengung;
    • Sesak napas; dan
    • Aritmia.

    Untuk hipertensi yang berat gejalanya bisa berupa: 

    • Kelelahan;
    • Mual dan/atau muntah;
    • Kebingungan;
    • Merasa cemas;
    • Nyeri pada dada;
    • Tremor otot; dan
    • Adanya darah dalam urine.

    Diagnosis Hipertensi

    Dokter akan mengajukan pertanyaan tentang riwayat kesehatan dan melakukan pemeriksaan fisik.

    Setelah itu, dokter alat untuk mengukur tekanan darah dengan menggunakan alat pengukur tekanan. 

    Hasil pengukuran tekanan darah dibagi menjadi empat kategori umum:

    • Tekanan darah normal adalah tekanan darah di bawah 120/80 mmHg.
    • Prehipertensi adalah tekanan sistolik yang berkisar dari 120–139 mmHg, atau tekanan darah diastolik yang berkisar dari 80–89 mmHg. Prahipertensi cenderung dapat memburuk dari waktu ke waktu.
    • Hipertensi tahap 1 adalah tekanan sistolik berkisar 140–159 mmHg, atau tekanan diastolik berkisar 90–99 mm Hg.
    • Hipertensi tahap 2 tergolong lebih parah. Hipertensi tahap 2 adalah tekanan sistolik 160 mmHg atau lebih tinggi, atau tekanan diastolik 100 mmHg atau lebih tinggi.
    • Krisis hipertensi. Hasil pengukuran tekanan darah lebih tinggi dari 180/120 mmHg. Kondisi ini termasuk situasi darurat yang memerlukan perawatan medis segera. Apabila kamu mendapatkan hasil ini saat mengukur tekanan darah di rumah, tunggu lima menit dan tes ulang. Jika alami gejala, ada baiknya segera mendapatkan pemeriksaan di rumah sakit.

    Apabila hasilnya masih samar, biasanya dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan penunjang guna memastikan diagnosis. Metodenya dapat melalui:

    • Pemantauan rawat jalan. Tujuannya untuk memeriksa tekanan darah secara teratur selama 6 hingga 24 jam.
    • Tes kadar kolesterol. Untuk memeriksa kondisi yang dapat menyebabkan atau memperburuk tekanan darah tinggi. 
    • Tes gula darah. Tujuannya untuk mengetahui resistensi insulin yang dapat menyebabkan peningkatan kadar gula darah, dan berkontribusi pada pengembangan hipertensi.
    • Elektrokardiogram (EKG). Caranya dengan mengukur aktivitas listrik jantung dan mengetahui seberapa cepat atau lambat jantung berdetak.
    • Ekokardiogram. Pemeriksaan non-invasif ini menggunakan gelombang suara untuk menghasilkan gambaran detail detak jantung. Ini menunjukkan bagaimana darah bergerak melalui jantung dan katup jantung.
    • Pemeriksaan fungsi tiroid. Tujuannya untuk menilai fungsi kelenjar tiroid yang dapat mempengaruhi tekanan darah.
    • Pemeriksaan urine. Fungsinya untuk mengidentifikasi adanya protein, darah, atau zat lain yang dapat mengindikasikan, termasuk kerusakan ginjal.

    Pengobatan Hipertensi

    Sebagian pengidap hipertensi harus mengkonsumsi obat seumur hidup untuk mengatur tekanan darah.

    Jika sudah terkendali, penurunan dosis obat atau konsumsinya dapat kamu hentikan. 

    Berikut dua hal yang menjadi langkah utama pengobatan :

    1. Perubahan pola hidup

    Ada beberapa pola hidup yang perlu kamu ikuti guna meningkatkan peluang kesembuhan. Di antaranya:

    • Pertahankan berat badan yang sehat.
    • Mengurangi atau berhenti merokok. 
    • Konsumsi makanan sehat bergizi seimbang dan rendah garam.
    • Batasi konsumsi minuman beralkohol.
    • Lakukan aktivitas fisik intensitas rendah secara teratur.
    • Kelola stres dengan baik, contohnya dengan melakukan aktivitas yang kamu sukai.
    • Mengonsumsi obat darah tinggi secara rutin.
    • Batasi konsumsi kafein, terutama dari kopi.
    • Pantau tekanan darah di rumah dan lakukan pemeriksaan rutin.

    Pengidap hipertensi juga perlu mengontrol berat badan. Sebab, obesitas atau kelebihan berat badan bisa memicu hipertensi.

    2. Mengonsumsi obat-obatan

    Obat-obatan yang umumnya dokter berikan kepada para pengidap , antara lain:

    • Obat untuk membuang kelebihan garam dan cairan di tubuh melalui urine. Pasalnya, membuat pengidapnya rentan terhadap kadar garam tinggi dalam tubuh.
    • Jenis obat untuk melebarkan pembuluh darah sehingga tekanan darah bisa menurun. Perlu kamu ketahui bahwa hipertensi membuat pengidapnya rentan mengalami sumbatan pada pembuluh darah. 
    • Obat yang bekerja untuk memperlambat detak jantung dan melebarkan pembuluh darah.
    • Jenis obat penurun tekanan darah yang berfungsi untuk membuat dinding pembuluh darah lebih rileks. 
    • Obat penghambat renin untuk menghambat kerja enzim yang berfungsi menaikkan tekanan darah. Jika renin bekerja berlebihan, tekanan darah akan naik tidak terkendali. 

    Salah satu obat hipertensi yang bisa dokter resepkan adalah furosemide.

    Selain konsumsi obat-obatan, pengobatan hipertensi juga bisa kamu lakukan melalui terapi relaksasi.

    Misalnya terapi meditasi atau olahraga olah tubuh seperti yoga.

    Namun, pengobatan hipertensi tidak akan berjalan lancar jika tidak disertai dengan perubahan gaya hidup.

    Contohnya seperti menjalani pola makan dan hidup sehat, serta olahraga teratur.

    Rekomendasi Obat Tekanan Darah Tinggi

    Berikut ini adalah beberapa obat yang bisa kamu gunakan untuk mengatasi tekanan darah tinggi atau hipertensi:

    • Tensiphar 5 mg 10 Tablet. Obat ini mengandung lisinopril yang bermanfaat untuk mengobati hipertensi, gagal jantung kongestif, infark miokard akut, dan angina pectoris.
    • Clonidine 0.15 mg 10 Tablet. Merupakan obat yang dapat membantu mengatasi hipertensi, mengurangi efek sakit yang parah akibat kanker, dan sebagai terapi untuk dismenore parah.
    • B-Beta 5 mg 10 Tablet. Mengandung zat aktif Bisoprolol yang dapat menurunkan kecepatan denyut jantung dan menurunkan tekanan darah.
    • Amlodipine 5 mg 3 Strip (10 Tablet/Strip) – Obat Rutin. Bermanfaat sebagai pengobatan lini pertama hipertensi dan untuk mengontrol tekanan darah pada sebagian besar pasien.  
    • Candesartan 8 mg 10 Tablet. Obat antihipertensi yang bekerja dengan melebarkan pembuluh darah sehingga aliran darah menjadi lancar dan tekanan darah akan menurun.
    • Bisoprolol 2.5 mg 10 Tablet. Merupakan obat yang bermanfaat untuk mengobati hipertensi, angina serta gagal jantung kronik.

    Pencegahan Hipertensi

    Terdapat beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mencegah hipertensi, yaitu:

    • Mengonsumsi makanan sehat, seperti buah dan sayuran.
    • Batasi asupan garam (menjadi kurang dari 5g setiap hari). 
    • Kurangi konsumsi kafein yang berlebihan.
    • Berhenti merokok.
    • Berolahraga secara teratur.
    • Menjaga berat badan.
    • Mengurangi konsumsi minuman beralkohol.
    • Membatasi asupan makanan tinggi lemak jenuh.
    • Menghilangkan/mengurangi lemak trans dalam diet.